Selasa, 01 Agustus 2017

Jasa Praktis Penunda Lapar

Oleh: Anugerah Ayu Sendari

Hanya dengan menjamah gawai, makanan akan mendatangi Anda dengan sendirinya.

Henry Christian lapar. Padahal di luar sedang hujan deras. Mahasiswa Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain UNS ini tidak lantas mengambil payung atau jas hujan. Ia justru meraih gawai miliknya. Kemudian membuka aplikasi pemesanan makanan daring.

Beberapa saat kemudian, makanan pesanannya sampai di depan pintu. Tanpa harus mengeluarkan tenaga apalagi sampai kehujanan, Henry bisa mengenyangkan perutnya. "Aku milih delivery kalau lagi malas keluar kos atau kalau lagi hujan deras. Apalagi kalau di belakang kampus hari Sabtu-Minggu pasti warung makanan tutup. Jadi lebih memilih delivery," ujar Henry.

Dalam satu minggu, Henry bisa menggunakan satu sampai dua kali jasa pesan antar makanan. Makanan yang biasa dipesan adalah makanan junk food. Ia pun menyambut hangat inovasi jasa-jasa pesan antar makanan yang mulai muncul di kalangan mahasiswa. "Ya bagus sekali, jadi ya pilihan menu makanan saya bisa lebih banyak dan mau makan apa saja gampang," tambahnya.

Sama halnya dengan Diah Ambar Wati. Ia adalah mahasiswi Hubungan Masyarakat, Fakultas Ilmu Sosial Politik, UNS. Sekali dalam seminggu, Ambar biasa memesankan makanan lewat gawainya. "Dari teman-teman indekos yang merekomendasikan, kalau malas keluar indekos mending food delivery saja," ujarnya.

Lucunya, Ambar biasa memesan makanan di Burjo dekat indekosnya. Daripada harus pergi sendiri ke tempat makan, ia menganggap jasa ini jauh lebih praktis. "Dengan adanya food delivery sangat menguntungkan bagi kita sebagai mahasiswa ketika malas keluar indekos buat beli makanan," tutur Ambar.

Celah-celah peluang bisnis macam inilah yang dimanfaatkan para penjaja jasa antar makanan. Jasa semacam ini sebenarnya sudah eksis cukup lama. Biasanya disediakan warung atau restoran secara mandiri.

Namun sejak munculnya gawai, jasa antar makanan yang terpisah dengan warung atau restoran mulai marak. Kentingan mencatat, Go-Jek mengawali usaha ini dengan jasa Go-Food-nya. Dengan mengunduh aplikasi Go-Jek dan memilih menu Go-Food, pengguna dapat memesan makanan di tempat yang sudah terintegrasi dengan Go-Food.


Inovasi terus berkembang. Go-Food pun tidak lepas dari kelemahan. Ia hanya bisa digunakan di warung atau restoran sudah terintegrasi dengan Go-Food.

Kelemahan ini lantas dimanfaatkan penjaja jasa serupa. Bias Aqida misalnya, sudah setahun ia menjalankan usaha kurir daring di Solo. Bang Jali Delivery namanya. Usaha yang dirintisnya pada bulan Maret 2016 ini melayani pesan antar makanan, tiket, belanja, dan barang di area Kota Solo. Pelayanan yang diberikan Bang Jali Delivery ini berbasis pada aplikasi Line, Whatsapp, BBM, dan SMS.

"Karena kita memang menarget ke orang-orang yang tidak mengerti akan aplikasi atau orang yang malas menggunakan aplikasi," ujar Bias saat ditemui di kantor Bang Jali Delivery, di kawasan Pasar Bangunharjo, Manahan.

Saat ini Bang Jali Delivery mempunyai enam kurir dan satu karyawan administrasi dengan memusatkan jangkauannya di Solo. Bias mengaku, 80 persen pesanan yang masuk adalah pesanan makanan. Makanan yang dipesan pun beragam. Mulai dari makanan kaki lima hingga restoran.

Berbeda dengan Go-Food, Bang Jali bisa melayani pemesanan makanan di semua tempat. Pelanggan hanya cukup mengisi format pesanan yang sudah ditentukan lewat Line, Whatsapp, BBM, atau SMS, kemudian admin akan mencarikan kurir, setelah itu menentukan tarif. Untuk jarak 0–7,5 kilometer dikenai biaya Rp15.000,00 dan jarak lebih dari 7,5 kilometer dikenakan tambahan mulai Rp5.000,00.

Bias mengaku, jasa antar seperti ini sangat potensial. Kemalasan para pengguna gawai untuk keluar mencari makanan, menjadi celah bisnis potensial bagi usaha jasa macam Go-Food dan Bang Jali.

Hal yang sama dilakukan Anik Handayani dan Aditya Kurniawan Sabarno. Sejak September 2016 lalu, pasangan suami istri ini membuka jasa Antaraku. Usaha ini melayani jasa ojek, rental mobil, pesan antar makanan, tiket belanjaan, dan city tour.

"Semakin hari semakin banyak orang yang memerlukan jasa semacam ini. Sekarang dunia serba cepat dan jasa-jasa seperti inilah yang bakal dibutuhkan," ujar Aditya.

Saat ini, Antaraku sudah memiliki sebelas kurir, dua admin, dan seorang desainer. Sistem pelayanannya pun tak jauh beda dengan Bang Jali Delivery. Pelanggan bisa memesan makanan di semua tempat. Pelanggan cukup mengisi format pemesanan yang tersedia lewat Line atau Whatsapp, kemudian petugas administrasi yang akan mencarikan driver. Antaraku menjangkau eks-Karesidenan Surakarta, bahkan hingga ke Jogja.

"Kita membantu biar orang enggak repot. Sekarang kan waktu benar-benar berharga. Jadi orang bisa lebih fokus pada aktivitas yang mereka prioritaskan dengan kita membantu mereka," ujar Anik.

Menurut Aditya dan Anik, jasa pesan antar makanan merupakan salah satu jasa yang paling laris dibanding jasa lainnya. Mereka tidak takut dengan kompetitor yang mulai bermunculan. Mereka menyerahkan semuanya pada pelanggan untuk menilai jasa mereka.[]

Majalah Kentingan, Edisi 24 tahun XXIII, Juli 2017, halaman 42–43, Inovasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar