Film Iron Man 3, dan Ojo Dumeh
Oleh: Kurniawan Muhammad*
Jika seluruh karyawan Jawa Pos Radar Malang menonton bersama-sama film Iron Man 3 Rabu malam lalu (1/5), tentu alasannya bukan hanya untuk senang-senang saja. Ada alasan lain: belajar.
Lho, apa yang bisa dipelajari dari nonton film Iron Man 3? Setidaknya ada dua hal. Pertama, Iron Man 3, seperti kebanyakan film-film fiksi karya Hollywood yang lain. Yakni hasil dari sebuah pekerjaan yang sangat serius.
Padahal, yang dikerjakan dengan sangat serius itu adalah dunia fiksi, atau dunia yang tidak nyata. Tapi, begitu dikerjakan dengan sangat serius, dunia fiksi yang sebenarnya dunia khayal itu menjadi terlihat beneran (nyata). Itulah hebatnya Hollywood. Berhasil menyulap dunia tidak beneran, menjadi terlihat beneran.
Anda tentu masih ingat, film 2012 yang menceritakan tentang kiamat di tahun itu, sempat dianjurkan oleh beberapa tokoh agama untuk tidak ditonton, karena dianggap menyesatkan. Dianggap menyesatkan, karena kiamat itu tidak ada seorang pun yang tahu kapan datangnya. Tapi, di film yang disutradarai Roland Emmerich itu, memberikan pesan, seakan-akan kiamat akan terjadi pada 2012. Padahal, film itu hanyalah film. Tidak lebih dari itu. Kalau pun saat kita menontonnya, seperti sungguhan (adegan gempa bumi, hancurnya Kota Texas, hingga gelombang tsunami), itu adalah berkat kerja yang sangat keras dan serius para animator handal yang dilibatkan oleh sang sutradara. Jadi, gempa bumi, tsunami dan hancurnya Kota Texas di film 2012 hanyalah animasi belaka alias bohong-bohongan.
Dengan mengajak seluruh karyawan menonton bareng film Iron Man 3, selain untuk alasan kian mengakrabkan antar karyawan, juga ada alasan, agar mereka belajar dari Hollywood: apa pun, jika dilaksanakan dengan kerja keras dan sangat serius, akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa.
Kedua, di film Iron Man 3, kita bisa belajar dari sebuah sikap yang tidak bagus, yakni meremehkan atau merendahkan orang lain. Di film itu diceritakan, gara-gara Tony Stark si Iron Man yang diperankan Robert Downey Jr. meremehkan dan merendahkan Aldrich Killian (Tony Stark berjanji untuk menemui Killian, tapi setelah ditunggu cukup lama, Stark tak juga muncul. Bisa jadi, itu karena dia sangat meremehkan Killian), maka terjadilah malapetaka yang menimpa Stark. Si Killian menyimpan dendam karena merasa diremehkan dan direndahkan oleh Stark. Maka, dia pun melakukan pembalasan dengan menebar teror di sejumlah negara melalui kekuatan bomnya yang dahsyat, dan tidak berbentuk bom. Tak hanya itu, rumah Stark pun dihancurkan dengan rudal, tanpa Stark bisa menahannya.
Pelajaran dari film ini adalah, terkadang, kesombongan kita, disadari atau tidak, bisa menciptakan musuh yang dapat membahayakan kita sendiri. Musuh dalam film itu, si Aldrich Killian, sesungguhnya adalah lahir dari kesombongan Tony Stark.
Dan itu diakui sendiri oleh Tony Stark. Tony Stark menyadari, bahwa dia telah menciptakan musuh untuk dirinya sendiri, akibat kesombongannya.
Terkait perilaku sombong ini, dalam filosofi Jawa Kuno, ada pepatah yang perlu kita renungkan: Dadi wong iku, Ojo Dumeh. Dumeh bermakna mentang-mentang atau sombong. Berarti, kita tidak boleh berperilaku dumeh (sombong).
Ojo dumeh adalah salah satu ajaran dasar leluhur kita untuk selalu melakukan introspeksi diri terhadap lingkungan, sesama manusia, dan juga kepada Sang Pencipta. Ojo dumeh merupakan larangan agar kita jangan bersikap sombong, pamer mengenai segala sesuatu yang kita miliki. Seharusnya kita bersikap andhap asor marang sapodho, atau bersikap rendah hati terhadap sesama. Segala yang kita miliki (harta, jabatan, ilmu pengetahuan, istri cantik, suami ganteng, anak-anak yang cerdas) hanyalah titipan. Semua itu akan kita tinggalkan saat kita meninggalkan dunia fana ini. (*)
Jawa Pos, Radar Malang, Senin 6 Mei Tahun 2013, halaman 25 dan 35, Mendol Ngalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar